Tidak perlu merasa bersalah dan meminta maaf.
Sebagai aplikasi kencan dengan komunitas lajang terbesar, Tinder selalu terdepan untuk segala tren populer dalam budaya kencan online. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sikap dan perilaku pengguna lajang berusia 18-25 di AS telah berubah. Jika kamu belum yakin, baru-baru ini kami melakukan survei, yang mengungkap bahwa para lajang masa kini tidak sekadar mencari pasangan untuk "hidup bahagia selamanya". Para lajang muda tersebut menuntut inklusivitas, kebebasan berekspresi, dan kebebasan melakukan segala yang mereka inginkan dengan tubuh dan masa depan mereka. Singkatnya — mereka berstatus lajang, dan tak perlu merasa bersalah.
Ada alasan tertentu mengapa mayoritas milenial muda (72%) mengambil keputusan secara sadar untuk tetap menjadi lajang selama periode waktu tertentu: mereka menikmati kebebasan dan independensi. Faktanya, 81% responden menyatakan bahwa menjadi lajang lebih bermanfaat bagi diri mereka sendiri daripada jika memiliki pasangan — manfaat tersebut yaitu dapat menjalin lebih banyak teman baru, bisa lebih berdedikasi terhadap pekerjaan, dan memiliki lebih banyak waktu untuk kesenangan pribadi.
Masa lajang adalah tentang perjalanan, bukan tujuan. Lajang bukan lagi sebuah status yang disematkan — sebaliknya, masa lajang adalah pilihan gaya hidup yang harus diisi dengan petualangan, ketidaktahuan, dan kemungkinan tanpa batas. Kita merayakan kebebasan untuk bereksperimen, bertemu orang baru, mencoba hal baru dan terutama, hidup sesuai dengan jalan yang kita tentukan sendiri.
Bukan berarti kami menyalahkan siapa pun yang mencari pasangan untuk "hidup bahagia selamanya" — begitu pula dengan dirimu. Kami berkomitmen untuk mendukung para lajang di dalam dan di luar aplikasi, dan mendukung pengalaman masa lajang mereka, bagaimanapun cara mereka ingin menjalaninya.
Untuk mempelajari selengkapnya tentang survei Tinder's Single, Not Sorry, silakan menghubungi {{1}}press@gotinder.com {{1}}.